Minggu, 27 Desember 2015

jenis-jenis mollusca yang berasosiasi dengan akar mangrove di Pantai Pudonggala

Barbatia foliata

Cerithidea quadrata

cerithium columna

Chicoreus capucinus


Nerita lineata

Littoraria scabra   

Rabu, 04 November 2015

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN: PARAMETER LINGKUNGAN

   I.      JUDUL                              : PENGUKURAN BEBERAPA PARAMETER                                                      LINGKUNGAN
II.      TUJUAN                                       :     
1.   MEMAHAMI INTERAKSI TUMBUHAN DENGAN MIKROKLIMAT
2.   MEMAHAMI INTERAKSI  TANAH DENGAN TUMBUHAN DIATASNYA                                                        
III.      LOKASI PRAKTIKUM  : FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK UNIVERSITAS HALU OLEO
IV.      HARI/ TANGGAL           :  MINGGU / 19 APRIL 2015
V.      NAMA /STAMBUK         :  ALJIZAT IRIANTO/ A1C2 12 034
 


A.    PENDAHULUAN
Makhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya jika makhluk hidup tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat berupa suhu, cahaya, temperatur dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga merupakan komponen abiotik dalam ekosistem (Kimball, 1983: 53).  Lingkungan merupakan suatu sistem yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Artinya, tanpa adanya lingkungan, suatu organisme tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini, faktor lingkungan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup organisme. Secara garis besar, faktor lingkungan terbagi atas dua, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik contohnya adalah tanah, air, cahaya, udara, suhu, kelembaban, curah hujan, dan lain-lain (Heddy,1986: 90).
Baik faktor biotik maupun abiotik memberikan pengaruh yang sangat besar bagi suatu organisme. Sebagai contohnya adalah air yang merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi makhluk hidup. Begitu juga dengan tanah, suhu, cahaya, udara, kelembaban, dan lain-lain. Semuanya merupakan faktor lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup (Rahardjanto, 2001: 89).
Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat (Suin, 1997: 1).
Suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi tanggapan secara berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH, salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah dapat berubah oleh hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk pohon di hutan (Soetjipta,1993:30).           
Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi, dan pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas dan jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan tampak menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh pepohonannya. Keadaan ini mencerminkan kebutuhan tumbuhan akan ketenggangan terhadap jumlah cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan (Ewusie, 1990: 94).
Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan. Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek membatasi yang lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apabila keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang-sedang saja (Odum, 1996: 34).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu diadakan praktikum Pengukuran Parameter Lingkungan untuk memahami interaksi tumbuhan dengan mikroklimat dan memahami interaksi tanah dengan tumbuhan diatasnya.




B.     METODE PRAKTIKUM
1.      Instrumen Penelitian
a.    Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum  ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsinya
No
Nama Alat
Kegunaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.
9.
10
11
Alat tulis menulis
Anemometer
Gelas Aqua
 Lux meter
 Oven
Soilmeter

 Parang

Thermohygrometer
Timbangan Ohause
 Thermometer
 Tabung Corong
Mencatat hasi pengamatan
Mengukur kecepatan angin
Tempat tanah
Mengukur intensitas cahaya
Mengeringkan tanah
Mengukur pH tanah dan kelembaban tanah
Mengambil tanah yang akan diambil sebagai sampel.
Mengukur curah hujan
Menimbang tanah
Mengukur suhu udara dan suhu tanah
Mengukur curah hujan

b.      Bahan
            Bahan yang digunkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.       Tanah Ternaung
b.      Tanah Terdedah



2.      Prosedur Kerja
                  Prosedur kerja pada praktikum Pengukuran Parameter Faktor Lingkungan  ini adalah sebagai berikut :
a.    Menentukan lokasi pengamatan, daerah terdedah dan daerah ternaung.
b.   Mengukur parameter-parameter lingkungan di daerah terdedah dan derah ternaung.
c.     Pengukuran  suhu udara dan suhu tanah menggunakan Thermometer. Untuk kelembaban udara dengan menggunakan Thermohygrometer, faktor angin dengan menggunakan anemometer, intensitas cahaya dengan menggunakan Lux meter.
d.   Pengukuran pH tanah dengan cara mencampurkan tanah yang diambil dari daerah terdedah dan ternaung sebanyak 10 gr. Mencampurkan masing-masing tanah dari kedua daerah tersebut dengan 25 ml aquades lalu mengukur pH tanah menggunakan kertas lakmus.
e.    Mencatat hasil pengukuran pH tanah daerah terdedah dan ternaung. Selain pH tanah, mengukur juga kadar air tanah di daerah ternaung dan terdedah dengan cara sebagai berikut:
1)      Mengambil lapisan atas tanah pada daerah terbuka sekitar 20 cm  sebanyak 100 gr  lalu menyimpannya pada botol yang telah diberikan label.
2)      Menggali lagi dengan ke dalam 30 cm dan terlihat tanah yang berwarna kuning, kemudian mengambil bagian  samping sebanyak 100 gr lalu menyimpannya pada gelas aqua  yang telah diberikan label dengan catatan tanah bagian atas tidak boleh jatuh ke dalam tanah galian.
3)      Mengulangi perlakuan a-b pada daerah ternaung.
4)      Membungkus tanah yang diambil pada masing-masing lapisan sebanyak 100 gr lalu mengeringkannya di dalam oven.
5)      Selang 2 hari menimbang berat kering tanah sebanyak 2 kali pada hari yang berbeda.
6)      Mencatat hasil pengamatan.
f.       Untuk pengukuran curah hujan hanya dilakukan pada daerah ternaung saja yaitu dengan cara:
a.    Menentukan lokasi pengkuran curah hujan sebanyak 4 lokasi yaitu: Kota Lama, Puuwatu, Baruga dan wilayah Lapulu.
b.   Mengukur curah hujan selama satu bulan dengan menggunakan Tabung Corong.
c.    Mencatat hasil pengukuran masing-masing wilayah.







VI.      HASIL PENGAMATAN
A.    Data Pengamatan Curah Hujan
No.
Lokasi
Hari/Tgl
Curah hujan (ml)
1.
Kota Lama
Minggu/26 April 2015
121


Sabtu/02 April 2015
45


Minggu/03 April 2015
208
2.
Baruga
Minggu/26 April 2015
340


Senin/27 April 2015
30


Selasa/28 April 2015
40


Rabu/29 April 2015
10


Kamis/30 April 2015
85


Jumat/1 Mei 2015
5


Sabtu/2 Mei 2015
25


Minggu/3 Mei 2015
420


Senin/4 Mei 2015
450


Selasa/5 Mei 2015
15


Rabu/6 Mei 2015
45


Sabtu/9 Mei 2015
360
3.
Puuwatu
Selasa/ 12 Mei 2015
322


Rabu/ 13 Mei 2015
285


Kamis/ 14 Mei 2015
122


Sabtu/ 16 Mei 2015
64


Jumat/ 22 Mei 2015
41


Sabtu/ 23 Mei 2015
246
4.
Lapulu
Senin/11 Mei 2015
20


Selasa/12 Mei 2015
8


Rabu/13 Mei 2015
230


Kamis/14 Mei 2015
80


Jumat/15 Mei 2015
10


Minggu/ 17 Mei 2015
3


Jumat/22 Mei 2015
81






B.     Data Pengukuran  Beberapa  Parameter  Lingkungan di Areal Fisip

No.
Parameter
Lokasi
ternaung
terdedah
1
suhu udara
27°C
28°C
2
suhu tanah
28°C
29°C
3
kecepatan angin
98
102
4
intensitas cahaya
580 x10
2621x10
5
kelembaban udara
69%
66%
6
tekstur tanah
Remah
Kompak
7
kadar air tanah
38.1
14.5




C.    PEMBAHASAN
 Secara garis besar, faktor lingkungan terbagi atas dua, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik contohnya adalah tanah, air, cahaya, udara, suhu, kelembaban, curah hujan, dan lain-lain.Baik faktor biotik maupun abiotik memberikan pengaruh yang sangat besar bagi suatu organisme. Sebagai contohnya adalah air yang merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi makhluk hidup. Begitu juga dengan tanah, suhu, cahaya, udara, kelembaban, dan lain-lain. Semuanya merupakan faktor lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup.  Faktor tanah, merupakan  karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air  tanah dan kondisi fisika tanah. Faktor topografi, yaitu meliputi  pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek kemiringan dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Faktor biotik, merupakan gambaran semua interaksi dari organisme hidup seperti kompetisi, peneduhan dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan parameter lingkungan di  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, suhu tanah yang diukur pada daerah terdedah dan daerah ternaung   berbeda.  Pada daerah ternaung suhu tanahnya 28 0C sedangkan pada daerah tededah suhu tanahnya 290C.  begitupun   suhu udara pada daerah terdedah lebih tinggi jika dibandingkan daeran ternaung yaitu 270C suhu pada daerah terdedah dan 280C suhu daerah ternaung. Hal ini  dikarenakan pada daerah terdedah mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung, sehingga menyebabkan suhunya meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi di daerah ternaung yang tidak mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung karena terhalang oleh pohon.  Intensitas cahaya pada daerah tededah dan daerah ternaung menunjukkan perbedaan yakni pada daerah ternaung yaitu 580 x10 sedangkan pada daerah terededah yaitu 2621x10,  perbedaan ini dikarenakan pada daerah ternaung memiliki kanopi yang lebih tinggi dibandingkan daerah terdedah. Kecepatan angin pada daerah ternaung hanya berkisar pada angka 98  m/s sedangkan pada daerah terdedah mencapai 102 m/s, dikarenakan pada daerah ternaung lebih di tutupi oleh pepohonan sehingga angin agak sukar untuk bergerak dengan cepat. Hal ini membuktikan bahwa daerah terdedah lebih banyak terkena angin karena pada daerah ini tidak ada penghalang agar angin dapat masuk pada daerah tersebut.
Kelembaban udara yaitu tingkat kebasahan udara karena air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara yaitu semakin tinggi suhu udara pada suatu daerah maka semakin rendah kelembabannya dan semakin rendah suhu udaranya maka akan semakin tinggi kelemababannya. Berdasarkan pengamatan kelembaban udara pada daerah ternaung kelembaban udaranya mencapai 69% sedangkan  pada daerah terdedah kelembaban udaranya hanya mencapai 66 %. Keadaan tekstur tanah dapat mempengaruhi pengikatan air oleh tanah sehingga akan mempengaruhi kelembaban tanah .  Tekstur tanah  pada daerah ternaung tergolong tekstur remah sedangkan pada daerah terdedah tergolong tanah kompak, hal ini dikarenakan pada daerah terdedah sering dilewati oleh mahasiswa sehingga tanahnya mengalami pemadatan. Kadar air tanah pada daeerah ternaung mencapai 38,1 sedangkan pada daerah terdedah hanya mencapai 14,5. Hal ini berkaitan dengan proses transpirasi pada tanaman yaitu pada daerah terdedah suhu udara, suhu tanah dan kecepatan meningkat dan  terkena radiasi sinar matahari secara langsung dan untuk mengimbangi proses transpirasi maka tumbuhan akan menyerap air yang berada  di dalam tanah sehingga menyebabkan berkurangnya kadar air didalam tanah daerah ternaung jika dibandingkan dengan daerah terdedah.
Pengukuran  curah hujan di empat tempat yang berbeda di kota Kendari, yaitu pada daerah Kota lama, Baruga, Lapulu, dan Puuwatu. Pengukuran curah hujan pada setiap wilayah dilakukan kurang lebih selama 1 bulan. Setelah dilakukan pengukuran, maka curah hujan tertinggi terdapat di RRI . Menurut Djamal (2007), curah hujan sangat  mempengaruhi habitat dari suatu makhluk hidup. Diman daerah bioma gurun dan setengah gurun curah hujannya sangat rendah, lebih kurang 25 cm/tahun. Sementara itu pada biom padang rumput curah hujannya antara 25-50 cm/tahun dan beberapa padang rumput juga curah hujannya mencapai 100 cm/tahun. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan draniase kurang baik sehingga tumbuhan sukar mengambil air.

D.    PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan  hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1.      Suhu udara dan suhu tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Daerah yang menerima pancaran sinar matahari secara langsung suhu udaranya lebih tinggi atau lebih panas dibandingkan dengan daerah yang terlindung atau tidak menerima pancaran sinar matahari secara langsung.
2.      Kadar pH tanah dipengaruhi oleh kandungan air dan garam-garam mineral di dalamnya. Dalam hal ini, tanah yang basah dan mengandung banyak air pH-nya cenderung bersifat netral atau basa, sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air cenderung bersifat asam.
3.      Tinggi rendahnya kelembaban tanah dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat di dalam tanah. Tanah yang banyak mengandung air memiliki kelembaban yang lebih tinggi. Sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air memiliki kelembaban yang rendah.
2.      Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada pelaksanaan praktikum “Faktor Lingkungan”  ini adalah sebaiknya tiap kelompok dilengkapi dengan kertas lakmus agar pengukuran pH tanah bisa akurat.
DAFTAR PUSTAKA
            Djamal, I. 2007.Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya.          Bumi Aksara. Jakarta
Ewusie, J. Y., 1990. Ekologi Tropika. ITB Bandung. Bandung.
Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Angkasa. Bandung.
Kimball, J. W., 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Odum, E. P., 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.
Rahardjanto. 2001. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang
Soetjipta, 1993. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Depdikbud Dirjen Dikti,             Yogyakarta.

Subba, N. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Bumi      Aksara. Jakarta.

Suin. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.







Diberdayakan oleh Blogger.

Followers