Sabtu, 24 Mei 2014

pengaruh sedimentasi di teluk kendari dan upaya konservasinya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                  Kawasan pesisir mempunyai keanekaragaman sumber daya yang tinggi. Sumber daya pesisir tersebut merupakan unsur-unsur hayati dan non hayati yang terdapat di wilayah laut, terdiri atas unsur hayati yang berupa ikan, kerang-kerangan, terumbu karang, padang lamun, dan biota lain beserta ekosistemnya. Sedangkan unsur non hayati terdiri atas sumber daya di lahan pesisir, permukaan air, di dalam air, dan di dasar laut seperti minyak dan gas bumi, pasir kuarsa, timah dan karang mati.
                  Aktivitas manusia dalam memanfaatkan kawasan pesisir seringkali menghasilkan sedimentasi yang dapat membahayakan kehidupan perairan laut dan secara khusus dapat menganggu perkembangan komunitas jenis biota laut.  Semakin bertambahnya aktivitas manusia di berbagai sector kehidupan mengakibatkan tekanan lingkungan terhadap perairan semakin meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di kawasan-kawasan yang telah terbangun di wilayah pesisir tersebut, sehingga pada suatu saat dapat melampaui keseimbangan air laut yang mengakibatkan sistem perairann menjadi tercemar dan dangkal.
                  Berkaitan dengan tingkat sedimentasi di wilayah perairan serta dampak yang ditimbulkannya khususnya di beberapa kawasan pesisir di Indonesia, sehingga dianggap perlu untuk melihat keterkaitan faktor penyebab timbulnya sedimentasi serta dampak yang ditimbulkan terhadap suatu kawasan tersebut. Salah satu kawasan pesisir di Indonesia yang memiliki dampak sedimentasi  adalah Teluk Kendari yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara.
                  Teluk Kendari merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan masyarakat. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar teluk. Ancaman tersebut berupa sedimentasi  yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia, dan sangat dirasakan  oleh masyarakat yang tinggal di sekitar teluk kota Kendari. Lingkungan yang dahulu merupakan pemandangan yang sangat indah dan dapat menarik hati setiap pengunjungnya, kini membuat kita miris akan kondisinya. Hal ini dapat kita lihat bahwa di sepanjang teluk kota Kendari telah dipenuhi oleh sampah-sampah anorganik hasil pembuangan manusia, pendangkalan tepian laut oleh lumpur dan pasir yang ikut terbawa oleh arus sungai pada saat musim hujan berlangsung, belum lagi tanaman-tanaman manggrove yang digunakan untuk mengurangi polusi terhadap pantai telah ditebangi oleh masyarakat-masyarakat yang belum mengerti akan manfaat dari tanaman tersebut. Sehingga tidak heran tanggul-tanggul yang dibuat dipinggiran teluk kota mengalami keretakan. 




B.     Rumusan Masalah
                  Rumusan masaalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah penyebab timbulnya sedimentasi di Teluk Kendari ?
2.         Apa dampak dari timbulnya sedimentasi terhadap keberlangsungan biota laut di teluk Kendari ?
3.         Bagaimana cara mengkonservasi kawasan tersebut?
C.  Manfaat
            Manfaat yang dapat diperoleh dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi Pemerintah, bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam penanganan masalah sedimentasi di Teluk Kendari.
2.       Bagi Masyarakat, bisa dijadikan sebagai acuan meningkatkan kesadaran dalam menjaga kebersihan saat berkunjung ke Teluk Kendari, hingga dimasa yang akan datang.
3.      Bagi Mahasiswa, bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka melestarikan alam sekitar, khususnya di Kendari.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sedimentasi
                  Sedimentasi adalah hasil dari proses erosi dari berbagai bentuk secara topografi. Hasil sediment (sediment yield) adalah besarnya sediment yang berasal dari erosi yang yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Sediment yang sering kita jumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh factor lingkungan, terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan induk tersebut biasanya dikenal sebagai partikel tanah. Partikel-partikel tanah yang terkelupas dan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai di kenal sebagai sediment. Oleh adanya transport sediment dari tempat yang tinggi ke tempat yang hilir maka dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi, dan terbentuknya tanah-tanah baru disekitar pinggir-pinggir dan di delta-delta sungai.

B.     Kondisi Teluk Kota Kendari
                  Teluk Kendari tak dapat dipisahkan dengan awal keberadaan Kota Kendari yang menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, saat ini. Letak geografis Kota Kendari yakni di tengah-tengah kota kendari terdapat teluk, sementara di sisi utara, barat, selatan terdapat ketinggian. Di sisi utara ada pegunungan Nipanipa, sementara di sisi selatan ada pegunungan Nanga-nanga. Demikian pula di sebelah barat, Mandonga dan Wua-wua adalah pemukiman yang posisinya lebih tinggi.  Karena posisi demikianlah sehingga erosi  yang terjadi  dari sisi utara, barat  dan  selatan  semuanya bermuara  pada  pusat teluk  yang  pada  gilirannya di sekitarnya. Dulu, waktu Teluk Kendari belum mengalami degradasi seperti sekarang, keberadaan ditinjau dari sisi sosial ekonomi sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar khususnya para nelayan yang bisa mencari ikan dan biota laut lainnya. Banyak jenis kerang bakau dan kepiting yang selalu dicari masyarakat untuk dikonsumsi. Sayangnya, kondisi itu telah berubah fungsi, dari tempat mencari hasil laut oleh masyarakat menjadi tempat pembuangan sampah paling besar dan fantastis, selain erosi yang terjadi secara alamiah. Hal ini sebagai konsekwensi perkembangan penduduk dan kemajuan Kota Kendari.
                  Hasil penelitian Balai Penelitian Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Sampara menyebutkan dalam kurun waktu 13 tahun terakhir terjadi pendangkalan di Teluk Kendari seluas 101,8 hektar dan kedalaman laut berkisar 9 meter sampai 10 meter. Luasan wilayah teluk ini menyusut dari semula 1.186,2 hektar menjadi 1.084,4 hektar pada tahun 2000.
                  Sungai Wanggu yang menguasai Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 152,08 hektar merupakan penyumbang sedimentasi terbesar mencapai 357.810,59 ton/ tahun. Selain itu, menurut dokumentasi institusi teknis Dinas Kehutanan Provinsi Sultra, terdapat 10 hingga 18 sungai yang bermuara di Teluk Kendari. Selain Sungai Wanggu, sungai lain juga ikut berkontribusi, misalnya Sungai Benubenua (DAS) 21,00 Km2, Sungai Lahundape (DAS) 16,00 Km2, Sungai Mandonga (DAS) 18,00 Km2 Sungai Sodoha (DAS) 20,00 Km2, Sungai Tipulu (DAS) 12,00 Km2 serta Sungai Wuawua, Kemaraya, Anggoeya, dan Sungai Kampungsalo.
                  Sumbangsi sedimentasi juga datang dari aktivitas di dermaga yang ada dalam kawasan teluk. Sedikitnya terdapat empat dermaga pelabuhan serta satu galangan kapal pada teluk Kendari. yaitu, Pelabuhan Nusantara yang dikunjungi kapal-kapal berskala besar setiap saat, termasuk persinggahan kapal Pelni, KM Tilongkabila, yang melayani kawasan timur Pulau Sulawesi. Selain itu, ada pula Pelabuhan Ferry penyeberangan dari Kota Kendari-Pulau Wawonii, pelabuhan Perikanan Samudera dan Pelabuhan Pendaratan kapal penangkap ikan serta pangkalan kapal-kapal perikanan laut swasta. Dengan potensi sebanyak itu, perekonomian seyogyanya bisa membaik, namun Teluk Kendari tak lepas dari masalah.
                  Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Halu Oleo telah memprediksi sedimentasi itu sejak tahun 2003. Mereka menyebutkan Sungai Wanggu, Kambu, dan Mandonga adalah tiga sungai menyumbang sedimentasi sekitar 1.330.281 m3/tahun dengan laju pendangkalan 0,207 m/tahun. Hal itu yang membuat kondisi Teluk Kendari semakin memprihatinkan. Lembaga ini juga memperkirakan dalam 10 tahun mendatang kontur kedalaman 1,2 sampai 3 meter berubah menjadi daratan seluas 923,4 hektar, sehingga perairan Teluk Kendari tinggal 197,1 hektar. Lebih jauh lagi diprediksi sampai 24 tahun mendatang kontur kedalaman 1, 2, 3, 4, sampai 10 meter berubah menjadi daratan seluas 1.091,1 hektar, sehingga Teluk Kendari sisa seluas 18,8 hektar.
                  Aktivitas di sekitar DAS yang bermuara ke Teluk Kendari secara langsung maupun tidak langsung menjadi kontributor terbesar pendangkalan teluk. Terutama aktivitas yang tidak ramah lingkungan seperti penebangan kayu maupun anakan kayu di hutan, pertambangan pasir, serta konversi kawasan mangrove menjadi tambak maupun industri dan pertokoan. Secara kasat mata dapat disaksikan bagaimana areal mangrove yang dulu masih luas kini semakin sempit oleh berbagai jenis usaha antara lain pembukaan tambak, pembangunan galangan kapal, pembangunan SPBU dan pembangunan kawasan pertokoan.











C. Pengaruh Sedimentasi  Terhadap Biota Laut
        Sedimentasi di Teluk Kendari terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga terjadi pendangkalan, terutama di muara Teluk Kendari dimana telah terjadi daratan yang membentuk delta yang mengakibatkan kelak akan terjadi penutupan muara. Pendangkalan ini disebabkan oleh sedimentasi dari aliran sungai-sungai yang bermuara di teluk Kendari, terutama sungai Wanggu yang mempunyai peranan sebagai pembawa sedimentasi terbesar. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota laut yang ada di sekitar teluk kendari. Sedimentasi itu mengakibatkan berbagai hal, diantaranya:
1.      Biota-biota laut kehilangan habitatnya dan komunitasnya  untuk mencari makan dan tempat berlindung. Jika kehilangan makanan dan tempat berlindung populasi ikan menyusut. Hal ini mengakibatkan  berkurangnya hasil-hasil nelayan dalam menangkap ikan serta menimbulkan pendapatan masyarakat menurun.
2.      Sedimentasi membawa bahan-bahan kimia yang bersifat toksik yang berdampak negatif pada biota air karena dapat mengalami  kegagalan  fungsi biologi seperti metabolisme, reproduksi, fotosintesis, dan pengikatan nutrien.
3.      Sampah domestik yang terbawa oleh erosi dapat mempengaruhi biota air di pesisir pantai  secara tidak langsung sebagai akibat perubahan fisik air dan tertimbunnya tumbuhan air oleh sampah padat yang terbawa oleh air. Beberapa bentuk sampah padat dapat  menambah input nutrien dan bahan toksik dalam jumlah besar. Pembuangan sampah padat dari kegiatan industri dalam jumlah besar mungkin dapat menimbun vegetasi alami, menghalangi gerakan air, sehingga mengurangi suplai air untuk suatu lahan basah, menambah muatan sediment pada lahan basah bagian bawah dan menjadi sumber terlepasnya nutrien dan bahan toksik yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kehidupan air. Sampah domestik juga mengurangi keindahan lingkungan air.
4.      Terjadinya sedimentasi menimbulkan kerusakan dan pendangkalan pesisir laut yang mengakibatkan berkurangnya kekayaan hasil laut seperti karang, lamun, bintang laut, dan sebagainya.

D.    Berbagai Cara Konservasi
a.    Pengerukan sedimen sungai
              Pengerukan merupakan langkah atau kegiatan menggali material-material yang ada di permukaan bumi dengan menggunakan alat bantu seperti mesin ataupun alat sederhana. Pengerukan sedimen di muara sungai dilakukan dengan menggunakan alat berat (ekskavator) yang dikendalikan manusia dan alat sederhana berupa sekrup yang dilakukan oleh beberapa orang.
b.      Teknik Sabo
Suatu terminologi teknik dari bahasa Jepang untuk mengartikan pengendalian erosi dan pergerakan sedimen (erosion and sediment movement control). Suatu sistem atau teknik untuk pengendalian erosi dan pergerakan sedimen (control the production and move of sand and gravel with a nature of disaster). Dam Sabo merupakan Suatu struktur bangunan melintang sungai, sebagai salah satu bangunan pengendali sedimen yang memiliki peranan paling dominan mengendalikan sedimen dalam sistem. teknik sabo merupakan upaya pengendalian erosi, sedimen, lahar hujan dan pengendalian tanah longsor. fungsi sabo ini antara lain menangkap aliran  debris sehingga debit aliran menjadi berkurang. selain itu mengarahkan dan memperlambat  kecepatan aliran, tempat  pengendapan , pengarah aliran untuk mencegah penyebaran, dan membatasi terjadinya aliran debris.
berbagai fasilitas bangunan sabo yang dapat diterapkan untuk pengendalian sedimen yaitu, mulai sumber sedimen (hulu), pengaliran (tengah), samppai pengendapan (hilir) yakni dam sabo, tanggul, kantong pasir, saluran pengatur kanal, tanggul terbuka, dan perlindungan tebing.  teknik sabo dapat dikembangkan dengan melibatkan pemerintah dan masyarakat setempat. Jika penerapan teknik sabo ke depan dapat di kembangkan dan dilaksanakan dengan baik dan penuh kearifan maka tidaklah berlebihan jika dikatakan teknik sabo sepantasnya menjadi clean technology terutama dalam upaya pengendalian sedimentasi di hilir sungai.
c.        Rehabilitasi hutan mangrove
              Rehabilitasi hutan mangrove dapat dilakukan dengan  cara menjaga dan memperluas penyebaran ekosistem hutan mangrove yang merupakan vegetasi hutan tropis dan sub-tropis yang dapat tumbuh dengan baik pada daerah pasang surut dengan tipe substrat berlumpur atau lumpur lunak yang banyak mengandung endapan lumpur (silt), lempung (clay), dan bahan organik serta pada substrat karang mati (dead coral) yang ditutupi oleh selaput tipis.
d.      Partisipasi Masyarakat
            Harus adanya keinginan dan usaha yang kuat dari instansi terkait, dalam menjalin kerja sama yang baik dengan intansi lain yang berada di luar wilayah administrasi dalam menangani penyebab erosi dan sedimentasi diwilayah DAS. “Selain itu, kerjasama lintas kabupaten kota dan provinsi harus berjalan dengan baik, sehingga penanganan Teluk Kendari menjadi kegiatan yang terorganisir secara optimal.




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers