1.
Latar
belakang
Ekologi merupakan kajian tentang
bagaimana tumbuhan, hewan, dan organisme lain yang saling berhubungan satu sama
lain dalam lingkungan atau “ rumah mereka”. Kata ekologi “ berasal dari bahasa
Yunani “ Oikos” yang berarti rumah. Ekologi juga berarti kajian tentang
kelimpahan dan distribusi organisme. Ekologi dalam perkembangannya menjadi
semakin dibutuhkan kehadirannya hampir disetiap pemecahan permasalahan
lingkungan dan pembangunan. Ahli ilmu lingkungan hidup mempelajari organisme
hidup dengan cara atau pendekatan berbeda. Seorang ahli ekologi mungkin
mempelajari satu populasi hewan yang bisa kawin (interbreed) satu sama lain,
suatu komunitas yang terdiri dari banyak spesies yang menghuni satu areal atau
satu ekosistem, satu komunitas dari banyak organisme yang hidup bersama-sama
dengan benda-benda tidak hidup dilingkungan mereka. Bagian-bagian tidak hidup,
oleh ahli ilmu lingkungan hidup dikenal sebagai komponen “abiotik” yaitu
meliputi udara, air, tanah dan cuaca. Ahli ekologi populasi mempelajari apa
yang membuat suatu populasi punah, apa yang mengatur populasi berada pada
kepadatan yang sedang (intermediate), dan apa membuat suatu populasi mengalami
peningkatan yang sangat besar.
Ahli ekologi komunitas mempelajari
hubungan diantara spesies berbeda sebagai contoh, bagaimana kelompok suatu
pemangsa dan yang dimangsa saling mempengaruhi satu sama lain. Kehadiran suatu
populasi hewan disuatu tempat dan penyebaran spesies hewan itu dimuka bumi,
selalu berkaitan dengan habitat dan relung ekologi yang ditempatinya. Secara
umum, habitat menunjukan corak lingkungan yang ditempati hewan itu dalam kaitan
hubungannya dengan factor-faktor lingkungan biotic dan abiotik. Habitat suatu
populasi hewan pada dasarnya merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik
berupa ruang termasuk, tipe substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta
vegetasi yang terdapat di lingkungan yang menempati populasi hewan itu.
2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan habitat,
mikrohabitat dan relung ekologi?
2.
Bagaimana interaksi persaingan spesies-spesies
yang memiliki relung ekologi yang mirip?
3.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mendeskripsikan konsep habitat, mikrohabitat
dan relung ekologi.
2.
Mendeskripsikan interaksi persaingan spesies-spesies
yang memiliki relung ekologi yang mirip.
4.
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah
pengetahuan tentang ruang lingkup ekologi hewan serta interaksinya dalam
lingkungan.
2. Sebagai
dasar penyusunan karya ilmiah dimasa mendatang.
3. Sebagai
literatur yang relevan dalam pelaksanaan penelitian
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
HABITAT
1.
Pengertian Habitat
Habitat
(berasal dari kata dalam bahasa latin yang berarti menempati) adalah tempat
suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya habitat adalah lingkungan
paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oles spesies tersebut. Menurut Clements dan
Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu
spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas . Dalam
ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies
(mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai
biotop.
Habitat meliputi kemajemukan biotik dan abiotik,jadi
habitat suatu makhluk atau sekelompok makhluk(populasi) meliputi baik
makhluk hidup lain sebagai lingkungan yang biotik maupun abiotik.dengan
mempelajari suatu habitat yang tertentu akan dikenali makhluk dan faktor fisik
yang sesungguhnya menyertai suatu ekosistem tertentu.
Menurut Sambas Wirakusumah dalam Dasar-Dasar Ekologi,
habitat adalah toleransi dalam orbit dimana suatu spesies hidup termasuk faktor
lingkungan yang cocok dengan syarat hidupnya. Orbit adalah ruang kehidupan
spesies lingkungan geografi yang luas, sedangkan habitat menyatakan ruang
kehidupan lingkungan lokasinya.
Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya
dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu
species. Habitat merupakan organism-specific: ini menghubungkan kehadiran
species, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan
fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegatasi
atau struktur vegetasi; merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu
species. Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada
kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat. Ketersediaan habitat menunjuk pada
aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan
dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya menunjukkan kuantitas habitat
masing-masing organisme yang ada dalam habitat tersebut .
2. Kualitas Habitat
Istilah kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan
untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus
menerus. Kualitas merupakan sebuah variabel kontinyu yang berkisar dari rendah,
menengah, hingga tinggi. Kualitas habitat berdasarkan kemampuan untuk
memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan kelangsungan hidup
populasi secara terus menerus. Para peneliti umumnya menyamakan kualitas
habitat yang tinggi dengan menonjolkan vegetasi yang memiliki kontribusi
terhadap kehadiran (atau ketidak hadiran) suatu spesies (seperti dalam Habitat
Suitability Index Models dalam Laymon dan Barrett 1986 dan Morrison et al.
1991). Kualitas secara eksplisit harus dihubungkan dengan ciri-ciri demografi
jika diperlukan. Leopold (1933) dan Dasman et al. (1973) menyatakan bahwa suatu
habitat diaktakan memiliki kualitas yang tinggi apabila kepadatan satwa
seimbang dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan pada umumnya habitat yang
memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan satwa (Laymon dan
Barrett 1986). Van Horne (1983) mengatakan bahwa kepadatan merupakan indikator
yang keliru untuk kulitas habitat. Oleh sebab itu daya dukung dapat disamakan
dengan level kualitas habitat tertentu, kualitasnya dapat berdasarkan tidak
pada jumlah organisme tetapi pada demografi populasi secara individual.
3. Tipe-Tipe Habitat
Secara garis besar dikenal empat tipe habitat utama,
yakni: perairan tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta
daratan/terestrial. Masing-masing kategori utama dapat dipilih-pilihkan lagi tergantung corak
kepentingannya,mengenai aspek yang ingin di ketahui.Dari sudut pandang dan
kepentingan popuasi-populasi hewan yang menempatinya,pemilihan tipe-tipe
habitat itu terutama didasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan ruang.
a.
Habitat
Perairan Tawar
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil
permukaan bumi di bandingkan dengan habitat daratan dan habitat perairan
lautan,tetapi kepentingannya bagi
kehidupan makhluk terutama bagi manusia
jauh lebih besar,karena:
1) perairan tawar
tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk keperluan
rumah tangga serta untuk keperluan
industri.
2) anasir air
tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
3) ekosistem
perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah yang
paling murah serta paling mudah.
Habitat
perairan tawar dapat di bedakan menjadi 2 yaitu; perairan yang tidak
mengalir,contohnya:danau,kolam,rawa dan perairan yang di sebut “bog’’ dan perairan yang
mengalir,contohnya:mata air dan sungai. Ada beberapa jenis faktor pembatas di habitat perairan
air tawar yang penting untuk di ketahui adalah:
·
Suhu
·
Transparansi
Arus
·
Kadar gas untuk pernafasan
·
Kadar garam biogenik
b.
Habitat
Perairan Bahari/Laut
Lautan memiliki ciri yang penting
secara ekologi sebagai berikut:
1) Lautan itu
luas, menutupi 70% permukaan bumi.
2) Lautan itu dalam dan makhluk hidup
terdapat disemua kedalaman.
3) Lautan itu
berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat
daratan dan habitat perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu,
salinitas, serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk
lautan.
4) Lautan berada
dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub dan equator
menimbulkan angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu angin
bertiup kearah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi,
menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah oleh adanya arus
yang ada dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat adanya perbedaan
suhu dan salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
5) Lautan
didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut yang
disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting
didalam zona yang terletak kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk
lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.
6) Lautan itu
asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian garam
menurut berat perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
7) Konsentrasi zat
hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang penting dalam
menentukan besarnya populasi makhluk lautan.
8) Bersifat
paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya lebih tua
dari pada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh proses
tektonik dan proses sedimenter.
c.
Habitat
Perairan Payau/Estuaria
Odum(1971 )suatu estuaria(dari kata
aestus=pasang),
yaitu takrif
yang di modifikasikan. Dari
Pritcard(1967) menyebutkan bahwa estuaria adalah suatu perairan pantai yang
semi tertutup yang memiliki hubungan
dengan lautan.
Estuaria terpengaruhi
oleh aktivitas pasang surut,dan di dalam habitat estuariaini air laut
tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau. Contoh
estuaria adalah muara sungai,teluk dipantai,rawa pasang
surut,dan perairan di belakang pantai barrier. Estuaria disebut sebagai suatu
ekosistem yang arus airnya berfluktasi.ada yang menyebut sebagai habitat dengan
“pulse-stabilized”di dalam tingkat yang muda di dalam hal
produktivitas.
Kendeigh(1980)menuliskan bahwa melalui estuaria ikan yang
berkinerja dengan migrasi dari air laut ke air tawar,misalnya ikan salmon(Samo salar),ikan trout(Salvelinus
fontinalis) disebut ikan anadrom,sedangkan ikan dari air tawar ke air laut
misalnya ikan sidat(Anguilla mauritiana)
di sebut ikan katadrom.
d.
Habitat
Darat/Terrestrial
Odum(1971)menuliskan bahwa di dalam
habitat terestrial terdapat biomassa tumbuhannya.di dalam lingkungan terestrial
maka kajian ekologik cenderung memberi tekanan pada prinsip organisasi populasi
dan organisasi komunitas ,dan proses
perkembangan yang autogenik(ialah suksesi ekologi). Ciri habitat
terestrial adalah:
1) Lengas secara
sendirian mampu menjadi faktor pembatas di daratan. Makhluk
terrestrial secara konstan berhadapan
dengan masalah dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
2) Perbedaan suhu
dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada di medium air.
3) Sirkulasi udara
yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen dan gas co2
yang siap bercampur dan jelas konstan.
4) Tanah merupakan
pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
5) Daratan,tidak
seperti lautan,tidak kontinyu.ada barrier yang penting untuk perpindahan yang
bebas bagi makhluk.
6) Sifat subtratum
terutama vital di lingkungan terestrial.tanah,bukannya udara adalah sumber zat
hara yang sangat berbeda-beda(fosfat,nitrat dan lain-lainnya)
Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang,
habitat dapat diklasifikasi menjadi tiga macam yaitu:
·
Habitat yang bersinambung,yaitu apabila
suatu habitat bengandung area dengan
kondisi baik yang luas sekali,yang melebihi luas area yang dapat di
jelajahi populasi hewan pengaruhinya
.Sehingga contoh yang luas sebagai habitat dari populasi rusa yang berjumlah 10
ekor.
·
Habitat yang berputus-putus,merupakan
suatu habitat yang mengandung area dengan kondisi baik letaknya
berselang-seling dengan area yang berkondisi kurang baik,hewan penghuninya
dengan mudah dapat menyebardari area berkondisi baik yang satu ke yang lainnya.
·
Habitat yang terisolasi, merupakan
suatu habitat yang mengandung area terkondisi baik yang terbatas luasnya dan
letaknya terpisah jauh dariarea berkondisi baik yang lain, sehingga hewan-hewan
tidak dapat menyebar untuk mencapainya, kecuali bila didukung oleh
faktor-faktor kebetulan. Misal suatu pulau kecil yang di huni oleh populasi
rusa. Jika makanan habis rusa tersebut tidak dapat berpindah ke pulau lain.
Pulau kecil tersebut merupakan bukan habitat terisolasi bagi suatu populasi
burung yang dapat dengan mudah pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih cocok
disebut habitat yang terputus.
B.
MIKROHABITAT
Habitat-habitat di alam ini umumnya
bersifat heterogen, dengan area-area tertentu dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya.
Populasi-populasi hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi
ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan
hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling akrab
berhubungan dengan hewan dinamakan mikrohabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransinya terhadap
berbagai faktor lingkungannya, maka berbagaispesies hewan yang berkonsentrasi
dalam habitat yang sama (= berkohabitasi) akan menempati mikrohabitatnya
masing-masing.
Antara makrohabitat dan mikrohabitat
harus ditentukan untuk masing-masing studi yang berkenaan dengan spesies
spesifik. Secara umum, makrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala yang
luas seperti zona asosiasi vegetasi (Block and Brennan, 1993) yang biasanya
disamakan dengan level pertama seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat
biasanya menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting
pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat
untuk menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan
relatif, dan pada skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit. Contoh
makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun hanya
hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies
organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun
yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel
dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun
dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan
makhluk hidup yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik
minimum dan batas atas disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat
titik optimum. Ketiga titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik
optimum disebut titik cardinal. Apabila sifat habitat berubah sampai diluar
titik minimum atau maksimum, makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke
tempat lain. Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di pantai habitat bakau,
dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup . Apabila
perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup
umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas
semula.Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup
yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan dapat
terbentuk jenis baru.
Batas antara mikrohabitat yang satu
dengan yang lainnya acapkali tidak nyata/jelas. Namun demikian mikrohabitat
memegang peranan penting dalam
menentukan keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies akan
berkonsentrasi pada mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Sebagai contoh,
dalam suatu habitat perairan tawar yang mengalir (sungai) secara umum dapat
dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam berarus deras dan dasarnya
berbatu-batu sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif dalam dan dasarnya
berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi hewan air yang lebih menyukai
tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada beberapa populasi yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk. Pemilihan atas dasar
mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian
permukaan batu, di sel-sela batu, di bawah lapisan serasah dan sebagainya.
Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait dengan
masalah perbedaan status fungsional atau relung ekologi dari berbagai spesies
hewan yang manempati habitat perairan tersebut.
C. RELUNG EKOLOGI (Ecological Niche)
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton
(1927) ilmuwan Inggris, dengan pengertian relung adalah “status fungsional
suatu organisme dalam komunitas tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme,
kita harus mengetahui kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan energi,
kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila
berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita
selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem.
Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status
suatu organisme) dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan
akibat adaptasi struktural, fungsional serta perilaku spesifik organisme itu.
Berdasarkan uraian diatas relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang
meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi
juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi
lingkungan yang berbeda.
Relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai
keseluruhan persyaratan hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam
hal ini habitat merupakan penyedia berbagai koondisi dan sumberdaya yang dapat
digunakan oleh organisme sesuai dengan persyaratan hidupnya. Merupakan konsep yang kompleks yang
berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan
peranan total dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya. Penendalian populasi
tergantung pada tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup,
atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup
secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan
kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan
fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya
iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
Niche (relung) ekologi mencakup ruang
fisik yang diduduki organisme , peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya
(misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi lingkungan tempat
tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung ekologi
itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan
relung multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu
organisme tidak hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia
perbuat (bagaimana dia merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap
terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis
lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957) telah membedakan antara niche
pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized niche). Niche
pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan
populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya didefinisikan sebagai
sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme
tertentu secara bersamaan.
Hutchinson (1957) dalam Begon,et al (1986) telah
mengembangkan konsep relung ekologi
multidimensi (dimensi-n atau hipervolume). Setiap kisaran toleransi hewan
terhadap suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan suatu dimensi. Dalam
kehidupannya hewan dipengaruhi oleh bukan hanya satu faktor lingkungan saja,
melainkan bannyak faktor lingkungan secara simultan. Faktor ligkungan yang
mempengaruhi atau membatasi kehidupan organisme bukan hanya kondisi lingkungan
seperti suhu, cahaya, kelembapan, salinitas tetapi juga ketersediaan sumberdaya
yang dibutuhkan hewan (makanan dan tempat untuk membuat sarang bagi hewan).
Hutchinson (dalam Odum,1993) membedakan
antara relung dasar (Fundamental Niche) dengan relung nyata (Realized Niche).
Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing, relung nyata
didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh
organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi.
Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya
terhadap kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar (Fundamental Niche) tidak
dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan
proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi
kehidupan suatu organisme.
Dimensi-dimensi
pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang menyebabkan
organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk, kekuatan
atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam
populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya.
Empat tipe pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu:
kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis.
Agar terjadi interaksi antar organisme
yang meliputi kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis harusnya ada
tumpang tindih dalam niche. Pada kasus simbion, satu atau semua partisipan
mengubah lingkungan dengan cara membuat kondisi dalam kisaran kritis dari
kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan
mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter niche agar terjadi
interaksi antar organisme, sedikitnya selama waktu interaksi.
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang
adaptasinya identik sama antara satu dengan yang lainnya, dan spesies yang
memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan lebih agresif akan memenangkan
persaingan. Spesies yang menang dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber
dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik.
Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain
yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan lokal
Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu
sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem
dalam habitat utama. Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu
diketahui tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh
faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang
lainnya.
Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam
termasuk mempunyai niche yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging,
ikan, rumput dan lainnya. Ayam merupakan polifag,
yang berarti makan banyak jenis. Makan beberapa jenis disebut oligofag, hanya makan satu jenis
disebut monofag seperti wereng,
hanya makan padi.
Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche
yang sama dalam satu habitat yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam
persaingan yang ketat, masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara hidup,
dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu relungnya menyempit.
Jika relung suatu jenis bertumpang
tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka salah satu jenis akan tersingkir
sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif.Jika relung-relu ng itu
bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya
sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan
membiarkannya menduduki relung nyata yang lebih kecil , atau kedua jenis itu mempunyai
relung nyata yang terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih
kecil dari dimensi relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis
lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Habitat
merupakan tempat tinggal suatu organisme, mikrohabitat merupakan bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya
paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan sedangkan
relung ekologi meliputi tidak saja ruang secara
fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam
komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
2.
Apabila terdapat dua hewan atau lebih
mempunyai niche yang sama dalam satu habitat yang sama maka akan terjadi
persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis mempertinggi
efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu
relungnya menyempit.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Kramadibrata, H., 1996. Ekologi
Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Odum, Eugene P., 1971. Fundamentals of Ecology. Saunders College Publishing.
Wirakusumah, Sambas, 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta.
Penerbit UI Press.
0 komentar:
Posting Komentar