Rabu, 04 November 2015

HABITAT MIKROHABITAT DAN RELUNG EKOLOGI


1.    Latar belakang
Ekologi merupakan kajian tentang bagaimana tumbuhan, hewan, dan organisme lain yang saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan atau “ rumah mereka”. Kata ekologi “ berasal dari bahasa Yunani “ Oikos” yang berarti rumah. Ekologi juga berarti kajian tentang kelimpahan dan distribusi organisme. Ekologi dalam perkembangannya menjadi semakin dibutuhkan kehadirannya hampir disetiap pemecahan permasalahan lingkungan dan pembangunan. Ahli ilmu lingkungan hidup mempelajari organisme hidup dengan cara atau pendekatan berbeda. Seorang ahli ekologi mungkin mempelajari satu populasi hewan yang bisa kawin (interbreed) satu sama lain, suatu komunitas yang terdiri dari banyak spesies yang menghuni satu areal atau satu ekosistem, satu komunitas dari banyak organisme yang hidup bersama-sama dengan benda-benda tidak hidup dilingkungan mereka. Bagian-bagian tidak hidup, oleh ahli ilmu lingkungan hidup dikenal sebagai komponen “abiotik” yaitu meliputi udara, air, tanah dan cuaca. Ahli ekologi populasi mempelajari apa yang membuat suatu populasi punah, apa yang mengatur populasi berada pada kepadatan yang sedang (intermediate), dan apa membuat suatu populasi mengalami peningkatan yang sangat besar.
Ahli ekologi komunitas mempelajari hubungan diantara spesies berbeda sebagai contoh, bagaimana kelompok suatu pemangsa dan yang dimangsa saling mempengaruhi satu sama lain. Kehadiran suatu populasi hewan disuatu tempat dan penyebaran spesies hewan itu dimuka bumi, selalu berkaitan dengan habitat dan relung ekologi yang ditempatinya. Secara umum, habitat menunjukan corak lingkungan yang ditempati hewan itu dalam kaitan hubungannya dengan factor-faktor lingkungan biotic dan abiotik. Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik berupa ruang termasuk, tipe substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta vegetasi yang terdapat di lingkungan yang menempati populasi hewan itu.
2.     Rumusan Masalah
 Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Apa yang dimaksud dengan habitat, mikrohabitat dan relung ekologi?
2.         Bagaimana interaksi persaingan spesies-spesies yang memiliki relung ekologi yang mirip?
3.      Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Mendeskripsikan konsep habitat, mikrohabitat dan relung ekologi.
2.         Mendeskripsikan interaksi persaingan spesies-spesies yang memiliki relung ekologi yang mirip.
4.      Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Menambah pengetahuan tentang ruang lingkup ekologi hewan serta interaksinya dalam lingkungan.
2.      Sebagai dasar penyusunan karya ilmiah dimasa mendatang.
3.      Sebagai literatur yang relevan dalam pelaksanaan penelitian



BAB II
PEMBAHASAN
A.   HABITAT
1.      Pengertian Habitat
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oles spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas . Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop.
Habitat meliputi kemajemukan biotik dan abiotik,jadi habitat suatu makhluk atau sekelompok makhluk(populasi) meliputi baik makhluk hidup lain sebagai lingkungan yang biotik maupun abiotik.dengan mempelajari suatu habitat yang tertentu akan dikenali makhluk dan faktor fisik yang sesungguhnya menyertai suatu ekosistem tertentu.
Menurut Sambas Wirakusumah dalam Dasar-Dasar Ekologi, habitat adalah toleransi dalam orbit dimana suatu spesies hidup termasuk faktor lingkungan yang cocok dengan syarat hidupnya. Orbit adalah ruang kehidupan spesies lingkungan geografi yang luas, sedangkan habitat menyatakan ruang kehidupan lingkungan lokasinya.
Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan organism-specific: ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi; merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat. Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat tersebut .
2.      Kualitas Habitat
Istilah kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus menerus. Kualitas merupakan sebuah variabel kontinyu yang berkisar dari rendah, menengah, hingga tinggi. Kualitas habitat berdasarkan kemampuan untuk memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan kelangsungan hidup populasi secara terus menerus. Para peneliti umumnya menyamakan kualitas habitat yang tinggi dengan menonjolkan vegetasi yang memiliki kontribusi terhadap kehadiran (atau ketidak hadiran) suatu spesies (seperti dalam Habitat Suitability Index Models dalam Laymon dan Barrett 1986 dan Morrison et al. 1991). Kualitas secara eksplisit harus dihubungkan dengan ciri-ciri demografi jika diperlukan. Leopold (1933) dan Dasman et al. (1973) menyatakan bahwa suatu habitat diaktakan memiliki kualitas yang tinggi apabila kepadatan satwa seimbang dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan pada umumnya habitat yang memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan satwa (Laymon dan Barrett 1986). Van Horne (1983) mengatakan bahwa kepadatan merupakan indikator yang keliru untuk kulitas habitat. Oleh sebab itu daya dukung dapat disamakan dengan level kualitas habitat tertentu, kualitasnya dapat berdasarkan tidak pada jumlah organisme tetapi pada demografi populasi secara individual.
3.      Tipe-Tipe Habitat
Secara garis besar dikenal empat tipe habitat utama, yakni: perairan tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta daratan/terestrial. Masing-masing kategori utama dapat  dipilih-pilihkan lagi tergantung corak kepentingannya,mengenai aspek yang ingin di ketahui.Dari sudut pandang dan kepentingan popuasi-populasi hewan yang menempatinya,pemilihan tipe-tipe habitat itu terutama didasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan ruang.
a.      Habitat Perairan Tawar
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di bandingkan dengan habitat daratan dan habitat perairan lautan,tetapi kepentingannya  bagi kehidupan makhluk terutama  bagi manusia jauh lebih besar,karena:
1)      perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk keperluan rumah tangga  serta untuk keperluan industri.
2)      anasir air tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
3)      ekosistem perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah yang paling murah serta paling mudah.
Habitat perairan tawar dapat di bedakan menjadi 2 yaitu; perairan yang tidak mengalir,contohnya:danau,kolam,rawa dan perairan yang di sebut “bog’’ dan perairan yang mengalir,contohnya:mata air dan sungai. Ada beberapa jenis faktor pembatas di habitat perairan air tawar yang penting untuk di ketahui adalah:
·         Suhu
·         Transparansi     Arus
·         Kadar gas untuk pernafasan
·         Kadar garam biogenik
b.      Habitat Perairan Bahari/Laut
Lautan memiliki ciri yang penting secara ekologi sebagai berikut:
1)      Lautan itu luas, menutupi 70% permukaan bumi.
2)       Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat disemua kedalaman.
3)      Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat daratan dan habitat perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu, salinitas, serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk lautan.
4)      Lautan berada dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub dan equator menimbulkan angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu angin bertiup kearah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi, menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah oleh adanya arus yang ada dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat adanya perbedaan suhu dan salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
5)      Lautan didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting didalam zona yang terletak kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.
6)      Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian garam menurut berat perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
7)      Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang penting dalam menentukan besarnya populasi makhluk lautan.
8)      Bersifat paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya lebih tua dari pada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh proses tektonik dan proses sedimenter.
c.       Habitat Perairan Payau/Estuaria
            Odum(1971 )suatu estuaria(dari kata aestus=pasang), yaitu takrif yang di modifikasikan. Dari Pritcard(1967) menyebutkan bahwa estuaria adalah suatu perairan pantai yang semi tertutup yang  memiliki hubungan dengan lautan. Estuaria terpengaruhi oleh aktivitas pasang surut,dan di dalam habitat estuariaini air laut tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau. Contoh   estuaria adalah muara sungai,teluk dipantai,rawa pasang surut,dan perairan di belakang pantai barrier. Estuaria disebut sebagai suatu ekosistem yang arus airnya berfluktasi.ada yang menyebut sebagai habitat dengan “pulse-stabilized”di dalam tingkat yang muda di dalam hal produktivitas.
Kendeigh(1980)menuliskan bahwa melalui estuaria ikan yang berkinerja dengan migrasi dari air laut ke air tawar,misalnya  ikan salmon(Samo salar),ikan trout(Salvelinus fontinalis) disebut ikan anadrom,sedangkan ikan dari air tawar ke air laut misalnya ikan sidat(Anguilla mauritiana) di sebut ikan katadrom.
d.      Habitat Darat/Terrestrial
            Odum(1971)menuliskan bahwa di dalam habitat terestrial terdapat biomassa tumbuhannya.di dalam lingkungan terestrial maka kajian ekologik cenderung memberi tekanan pada prinsip organisasi populasi dan organisasi komunitas ,dan proses  perkembangan yang autogenik(ialah suksesi ekologi). Ciri habitat terestrial adalah:
1)      Lengas secara sendirian mampu menjadi faktor pembatas di daratan. Makhluk terrestrial secara konstan  berhadapan dengan masalah dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
2)      Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada di medium air.
3)      Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen dan gas co2 yang siap bercampur dan jelas konstan.
4)      Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
5)      Daratan,tidak seperti lautan,tidak kontinyu.ada barrier yang penting untuk perpindahan yang bebas bagi makhluk.
6)      Sifat subtratum terutama vital di lingkungan terestrial.tanah,bukannya udara adalah sumber zat hara yang sangat berbeda-beda(fosfat,nitrat dan lain-lainnya)
Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat diklasifikasi menjadi tiga macam yaitu:
·         Habitat yang bersinambung,yaitu apabila suatu habitat  bengandung area dengan kondisi baik yang luas sekali,yang melebihi luas area yang dapat di jelajahi  populasi hewan pengaruhinya .Sehingga contoh yang luas sebagai habitat dari populasi rusa yang berjumlah 10 ekor.
·         Habitat yang berputus-putus,merupakan suatu habitat yang  mengandung  area dengan kondisi baik letaknya berselang-seling dengan area yang berkondisi kurang baik,hewan penghuninya dengan mudah dapat menyebardari area berkondisi baik yang satu ke yang lainnya.
·         Habitat yang terisolasi, merupakan suatu habitat yang mengandung area terkondisi baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dariarea berkondisi baik yang lain, sehingga hewan-hewan tidak dapat menyebar untuk mencapainya, kecuali bila didukung oleh faktor-faktor kebetulan. Misal suatu pulau kecil yang di huni oleh populasi rusa. Jika makanan habis rusa tersebut tidak dapat berpindah ke pulau lain. Pulau kecil tersebut merupakan bukan habitat terisolasi bagi suatu populasi burung yang dapat dengan mudah pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih cocok disebut habitat yang terputus.
B.     MIKROHABITAT
Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-area tertentu dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan  yang kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan mikrohabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransinya terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagaispesies hewan yang berkonsentrasi dalam habitat yang sama (= berkohabitasi) akan menempati mikrohabitatnya masing-masing.
Antara makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk masing-masing studi yang berkenaan dengan spesies spesifik. Secara umum, makrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala yang luas seperti zona asosiasi vegetasi (Block and Brennan, 1993) yang biasanya disamakan dengan level pertama seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat biasanya menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan relatif, dan pada skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit. Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik cardinal. Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum, makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup . Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula.Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak nyata/jelas. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting  dalam menentukan keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies akan berkonsentrasi pada mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Sebagai contoh, dalam suatu habitat perairan tawar yang mengalir (sungai) secara umum dapat dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam berarus deras dan dasarnya berbatu-batu sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif dalam dan dasarnya berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi hewan air yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada beberapa populasi yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk. Pemilihan atas dasar mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian permukaan batu, di sel-sela batu, di bawah lapisan serasah dan sebagainya. Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status fungsional atau relung ekologi dari berbagai spesies hewan yang manempati habitat perairan tersebut. 

C.     RELUNG EKOLOGI (Ecological Niche)
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris, dengan pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem.
Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu organisme) dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural, fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai keseluruhan persyaratan hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam hal ini habitat merupakan penyedia berbagai koondisi dan sumberdaya yang dapat digunakan oleh organisme sesuai dengan persyaratan hidupnya. Merupakan konsep yang kompleks yang berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya. Penendalian populasi tergantung pada tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme , peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957) telah membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan.
Hutchinson (1957) dalam Begon,et al (1986) telah mengembangkan konsep relung ekologi multidimensi (dimensi-n atau hipervolume). Setiap kisaran toleransi hewan terhadap suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan suatu dimensi. Dalam kehidupannya hewan dipengaruhi oleh bukan hanya satu faktor lingkungan saja, melainkan bannyak faktor lingkungan secara simultan. Faktor ligkungan yang mempengaruhi atau membatasi kehidupan organisme bukan hanya kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, kelembapan, salinitas tetapi juga ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan hewan (makanan dan tempat untuk membuat sarang bagi hewan).
Hutchinson (dalam Odum,1993) membedakan antara relung dasar (Fundamental Niche) dengan relung nyata (Realized Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing, relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh  organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya terhadap kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar (Fundamental Niche) tidak dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan suatu organisme.
Dimensi-dimensi pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang menyebabkan organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk, kekuatan atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya. Empat tipe pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu: kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis.
Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus simbion, satu atau semua partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat kondisi dalam kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter niche agar terjadi interaksi antar organisme, sedikitnya selama waktu interaksi.
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama antara satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik. Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan lokal
Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya.
Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam termasuk mempunyai niche yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya. Ayam merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis. Makan beberapa jenis disebut oligofag, hanya makan satu jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan padi.
Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam satu habitat yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu relungnya menyempit.
Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif.Jika relung-relu ng itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata yang lebih kecil , atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata yang terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme, mikrohabitat merupakan bagian dari habitat yang merupakan lingkungan  yang kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan sedangkan relung ekologi meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
2.      Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam satu habitat yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu relungnya menyempit.



DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Kramadibrata, H., 1996. Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Odum, Eugene P., 1971. Fundamentals of EcologySaunders  College  Publishing.
Wirakusumah, Sambas, 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta. Penerbit UI Press.






0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers