BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ekosistem
perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki
fungsi
baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan sosial budaya. Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai tempat hidup (habitat) permanen maupun temporal bagi berbagai jenis biota, dan bagian dari berlangsungnya
siklus materi serta aliran energi. Massa air di bumi dapat berupa massa air permukaan, massa air tanah,
massa es di kutub dan gletser, air laut, masa air di atmosfer, dan massa air yang berada di tubuh
makhluk
hidup.
Klee
(1991)
dalam
Alexander Barus
(2002)
mengatakan bahwa 97,39% massa air di bumi berupa air laut, sedangkan sisanya berupa massa air daratan (air payau dan air tawar).
Ekosistem
perairan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perairan tergenang atau habitat
lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang), contohnya danau dan
perairan mengalir atau habitat lotik contohnya sungai. Dalam suatu perairan
mengalir terdapat interaksi antara komponen biotik seperti plankton,
fitoplankton, bentos, nekton, neuston, perifiton, dan tumbuhan air dengan
komponen abiotik seperti warna perairan, suhu, kecerahan, kedalaman, tipe
substrat, kecepatan arus, lebar sungai, dan lebar badan sungai. Interaksi
tersebut kemudian membentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
Sungai
merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus
yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme
yang berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke
longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian
hulu dan kemudian mengarah ke hilir.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Organisme
apa sajakah yang menyusun ekosistem perairan mengalir (sungai)?
2. Bagaimanakah
pola distribusi organisme yang menyusun ekosistem perairan mengalir (sungai)?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
yang ingin dicapai dengan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui organisme yang menyusun ekosistem perairan mengalir (sungai).
2. Untuk
mengetahui pola distribusi organisme yang menyusun ekosistem perairan mengalir
(sungai).
D.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya
makalah ini adalah:
1. Sebagai sumber informasi mengenai organisme
penyusun ekosistem perairan mengalir.
2. Sebagai
bahan rujukan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Organisme
Penyusun Ekosistem Perairan Mengalir (Sungai)
Ekosistem
perairan mengalir (lotic) merupakan bagian dari habitat air tawar. Air mengalir
atau habitat lotic (berasal dari kata lotus yang berarti “tercuci”)
seperti mata air, aliran air atau sungai (E. P. Odum,1998). Sungai adalah
aliran air tawar yang bersumber alamiah di daratan yang mengalir menuju dan
bermuara di danau, laut atau samudra. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu
daerah yang terhampar disisi kiri dan kanan dari suatu aliran sungai.
Arus
menjadi faktor pembatas utama pada habitat air mengalir. Pada ekosistem ini,
dasar perairan merupakan hal yang
penting sekaligus menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi dari
komunitas. Dasar perairan yang keras terutama yang terdiri dari batu merupakan habitat
yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat. Dengan demikian, komposisi
jenis dari komunitas habitat air mengalir akan berbeda sekali jika
dibandingkan dengan komunitas habitat air tergenang seperti danau atau kolam.
Pada
umumnya invetebrata bentik (organisme yang hidup di dasar perairan) mempunyai
kerapatan yang paling tinggi pada komunitas air mengalir, sedangkan nekton dan
organisme penggali dalam air akan lebih banyak dijumpai pada habitat perairan
tergenang. Plankton dijumpai dalam jumlah yang relatif sedikit pada habitat ini
karena oranisme ini pada dasarnya
tidak tahan terhadap arus. Keberadaan plankton masih ditemukan pada aliran air
yang kecil atau pada
bagian air yang bergerak perlahan dan plankton dapat berkembangbiak serta menyatu sebagai bagian
dari komunitas.
Organisme-organisme
pada komunitas habitat air mengalir dapat dikelompokkan menjadi tujuh ciri,
yaitu :
1. Melekat
permanen pada substrat yang kokoh seperti batu, batang kayu, dan lain
sebagainya. Pada kelompok ini
yang berperan sebagai produsen utama adalah :
·
Ganggang hijau
yang melekat dan mempunyai
serabut yang panjang seperti misalnya
cladophora.
·
Diatom yang tertutup
keras dan menutupi berbagai permukaan substrat.
·
Lumut air dari marga
Fontinalis dan beberapa marga lain yang menutupi batu.
2. Kaitan
atau penghisap
Sebagian
besar organisme yang hidup pada habitat dasar
air mengalir mempunyai kaitan atau penghisap yang memungkinkan mereka berpegang pada permukaan halus.
3. Permukaan
bawah yang lengket
Organisme ini dapat
menempelkan tubuhnya pada suatu substrat
kerena permukaan bagian bawah kelompok organisme ini yang lengket. Contoh dari kelompok ini adalah siput, cacing pipih,
dan lain sebagainya.
4. Badan
yang stream line
Hampir
seluruh organisme yang hidup pada habitat
air mengalir dari larva serangga
sampai dengan ikan mempunyai bentuk yang stream line. Bentuk badan seperti ini
akan mengakibtkan tekanan minimum dari arus air yang melewatinya.
5. Badan
yang pipih
Pada
habitat air mengalir dijumpai pula organisme-organisme yang bentuk badannya
pipih, sehingga memungkinkan kelompok
ini berlindung di bawah atau di celah-celah batu.
6. Rheotaxis
positif (organisme yang mampu melakukan
pengaturan terhadap arus)
Kelompok
ini pada dasarnya adalah organisme yang mampu berenang melawan arus.
Keampuan ini adalah pola tingkah laku yang diturunkan. Rheotaxis positif dapat
disebut juga sebagai kemampuan adaptasi morfologi.
7. Thigmotaksis
positif
Merupakan
kelompok pada habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah laku yang
diturunkan untuk melekat di dekat
permukaan atau menjaga diri agar tetap dekat dengan permukaan.
Organisme-organisme
pada komunitas habitat air mengalir, diantaranya:
1. Plankton
Plankton
adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air dimana
pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan hidupnya tergantung pada
arus atau gelombang pada air. Plankton terdiri atas fitoplankton dan
zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran
air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton
terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton biasanya terdiri
atas rotifera, cladocera, copepoda. Plankton adalah organisme yang berkuran
kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk
yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik
sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan
hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis. Plankton merupakan makanan alami
larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah
fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang,
kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah (1995), produsen adalah organisme
yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi
dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang
menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain (Dhani Dianthani
Posted 3 May, 2003 Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana /S3
Institut Pertanian Bogor). Pada perairan mengalir plankton jarang ditemukan
bahkan absen dari aliran air, karena organisme seperti ini tidak tahan oleh
arus, plankton akan hidup hanya pada bagian aliran air yang bergerak perlahan
dan di sungai yang besar plankton dapat berkembang biak dan menyatu sebagai
bagian dari komunitas (E. P. Odum, 1998). Peranan plankton di perairan sangat
penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air
lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan.
Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton
terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan
makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan udang dan
kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan
beraneka ragam.
2. Perifiton
Perifiton
merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda
lain, misalnya keong. Dan bentos adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan
remis. Perifiton merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis),
oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan
mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada
objek yang tenggelam (E. P. Odum, 1998). Dalam perairan mengalir perifiton
melekat pada substrat yang kokoh yang ada di sungai seperti batu, batang kayu,
atau masa daun.
3. Benthos
Bentos
merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos
dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang)
dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup
relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan,
karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih
mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu.
karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya
berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang
relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan
makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993). Makrozoobentos mempunyai peranan
yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem
perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung
dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat
tinggi. Bentos meliputi segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan
dasar perairan atau di dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat
berupa lumpur, batu, kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau (Sugiarto
Suwingnyo dan Majariana Krisanti).
4. Nekton
Ekosistem
air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem
ekskresi, insang dan pencernaan. Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak
dan nerenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring
plankton) contohnya seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum,
1998).
5. Neuston
Neuston
merupakan organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat
pada permukaan air, misalnya serangga air. Organisme yang tinggal atau
beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi oleh
pergerakan arus (E. P. Odum, 1998).
6. Tumbuhan
Air
Tumbuhan
air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang
berfungsi sebagai produsen penghasil energi. Tumbuhan air dapat dikelompokkan
menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya
belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada
dalam air dan bagian lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah
tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air , sedangkan
daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang
seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (E. p. Odum, 1959)
B.
Pola
Distribusi Organisme Penyusun Ekosistem Perairan Mengalir (Sungai).
Distribusi
atau penyebaran organisme
dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu geologis, geografis dan ekologis. Distribusi geologis
adalah penyebaran suatu spesies yang berhubungan dengan waktu atau jaman
periode umur bumi ketika spesies itu terdapat. Distribusi geografis
(longitudinal) adalah penyebaran suatu spesies ikan berdasarkan tempat
ditemukan. Sedangkan distribusi ekologis adalah penyebaran suatu jenis ikan
yang erat kaitannya dengan faktor lingkungan.
Faktor
yang menentukan distribusi dari biota air adalah sifat fisik-kimia perairan.
Organisme yang dapat disesuaikan denagn kondisi sifat fisik-kimia yang akan
mampu hidup (Krebs ,1978). Penyebaran jenis dan hewan akuatik ditentukan oleh
kualitas lingkungan yang ada seperti sifat fisika, kimia, biologisnya (Odum,
1971). Whitton (1975) menambahkan bahwa kehidupan ikan disuatu perairan
dipengaruhi oleh volume air mengalir, kecepatan arus, temperatur, pH dan
konsentrasi oksigen terlarut.
Faktor
yang membedakan kondisi fisikokimia dari setiap bagian sungai terdiri dari:
1. Suhu
Suhu
adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan untuk mengukur
temperatuh lingkkungan tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting
dalam suatu perairan karena suhu merupakan faktor pembatas bagi ekosistem
perairan dan akan membatasi kehidupan organisme akuatik (Oudum, 1971). Menurut
Sucipto dan Eko (2005) menyatakan bahwa suhu mematikan (lethal) hampir untuk
semua spesies ikan bekisar 10-11ºC selama beberapa hari. Menurut Barus (2002),
kisaran suhu air yang baik dalam perairan dan kehidupan ikan yaitu berkisar
antara 23-32ºC.
2. Substrat
Tanah
merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan
unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
3. Kecepatan
Arus
Arus
merupakan faktor pembatas yang mempunyai peranan sangat penting dalam perairan,
baik pada ekosistem mengalir (lotic) maupun ekosistem menggenang (lentic). Hal
ini disebabkan karena adanya arus akan mempengaruhi distribusi organisme,
gas-gas terlarut, dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2002).
Semakin tinggi
kecepatan arus, kandungan oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan
oleh biota air dalam metabolismenya akan semakin banyak. Kecepatan arus
berkurang seiring dengan penambahan kedalaman suatu perairan.
4. Lebar
sungai
Semakin
panjang dan lebar ukuran sungai semakin banyak pula jumlah biota yang
menempatinya (Kottelat et al, 1996). Keanekaragaman dan kelimpahan biota juga
ditentukan oleh karakteristik habitat perairan.
5. Kekeruhan
Kekeruhan
akan mempengaruhi jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam suatu perairan. Air
yang keruh antara lain disebabkan oleh partikel tanah, daya ikatnya terhadap
pksigen akan berkurang dan mungkin mengurangi batas pandang ikan (Soetomo,
2000) . Sehingga selera makan ikan dan efesien penggunaan makanan berkurang.
Menurut Wardoyo (1994) tingkat kekeruhan air yang baik untuk pemeliharaan ikan
yaitu <50 NTU.
Kekeruhan dipengaruhi
oleh bahan – bahan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organic, dan bahan
anorganik, plankton serta organisme mikroskopik lainnya (Hariyadi, 1992 dalam
Kristina, 2001).
6. Kedalam
Sungai
Pada
sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu ke hilir, perubahan
lebih terlihat pada bagian atas aliran air, dan komposisi kimia berubah dengan
cepat. Dan komposisi komunitas berubah sewajarnya yang lebih jelas pada kilometer
pertama disbanding lima puluh (50) kilometer terakhir.(Odum. 1988).
7. Derajat
Keasaman (pH)
Derajat
keasaman (pH) merupakan
suatu indeks konsentrasi ion hidrogen dan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai
petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup (Siregar,et al.,
2002). Derajat keasaman berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan dan
tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Effendi, 2003).
Nilai pH dapat dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga
(Mahidda, 1984). Derajat krasaman (pH) berkaitan erat dengan karbondioksida dan
alkalinitas, semakin tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah
kadar kandungan dioksida bebas (Mackereth et al, 1989). pH merupakan tingkat
derajat keasaman yang dimiliki setiap unsur, pH juga berpengaruh terhadap
setiap organisme, karena setiap organisme atau indivudu memiliki ketentuan pada
derajat keasaman (pH) berapa mereka dapat hidup.
Kondisi
perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi serta dapat meningkatkan konsentrasi ammonia yang
bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2002). (Pescod, 1973 dalam
Kristina, 2001) menyatakan pada pH antara 4-6,5 dan pH 8,5-11 pertumbuhan ikan
akan lambat sehingga reproduksi terhambat.
8. Salinitas
Salinitas
adalah nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volume
air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil (‰) (Barus, 2002). salinitas
memiliki pengaruh terhadap tekanan osmotik air. Perubahan salinitas secara
cepat umumnya menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Salinitas air
dipengaruhi oleh pencampuran air laut dan tawar, curah hujan dan
evaporasi(Tseng,1987)
9. Kecerahan
Kecerahan
adalah besarnya intensitas cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya
partikel koloid dan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organik dan
mikroorganisme termasuk plankton (NTAC, 1968). Semakin tinggi tingkat kecerahan
suatu perairan, maka semakin tinggi pula kecerahan yang masuk ke dalam air,
sehingga lapisan air yang produktif akan menjadi lebih stabil (Kembarawati,
2000).
10. Vegetasi
riparian
Tanaman
tepi atau reparians vegetation di tebing aliran sungai tersebut sebagai
penghubung ekosistem air dan ekosistem darat. Tanaman tepi juga merupakan
sebagai proses fotosintesis antara cahaya matahari yang masuk ke dalam
perairan. Menurut Sary (2006) Fotosintesis adalah salah satu aktivitas biologi
yang sangan penting di perairan. Menurut Asdak (2007) daerah hulu DAS dicirikan
oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi bukan daerah banjir
dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS dicirikan
oleh sbb:merupakan daerah pemanfaatan pada beberapa tempat merupakan daerah
banjir, dan jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian.Area yang lebih luas
memiliki variasi habitat yang lebih besar dibandingkan dengan area yang lebih
sempit (Wooton 1991).
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Simpulan dari makalah
ini adalah:
1. Pada
umumnya invetebrata bentik (organisme yang hidup di dasar perairan) mempunyai
kerapatan yang paling tinggi pada komunitas air mengalir, sedangkan nekton dan
organisme penggali dalam air akan lebih banyak dijumpai pada habitat perairan
tergenang. Plankton dijumpai dalam jumlah yang relatif sedikit pada habitat ini
karena oranisme ini pada dasarnya tidak tahan terhadap arus. Keberadaan plankton
masih ditemukan pada aliran air yang
kecil atau pada bagian air yang bergerak perlahan dan
plankton dapat berkembangbiak serta menyatu sebagai bagian dari komunitas.
2. Faktor
yang membedakan kondisi fisikokimia dari setiap bagian sungai terdiri dari:
suhu, substrat, kecepatan arus, lebar sungai, kekeruhan, kedalaman sungai,
derajat keasaman (pH), salinitas, keverahan, vegetasi riparian,
B.
Saran
Semoga penyusunan
makalah kedepannya bisa menyempurnakan kekurangan dari makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar