I. JUDUL : PENYEBARAN
VEGETASI, LUAS
MINIMUM DAN JUMLAH MINIMUM
II.
TUJUAN : MEMAHAMI DAN MENGUASAI CARA
MENYEBARKAN SAMPEL,
MENENTUKAN LUAS
MINIMUM DAN
JUMLAH MINIMUM
EKONOMI, UNIVERSITAS HALU OLEO
IV.
HARI/TANGGAL : JUMAT/ 3 APRIL 2015
V.
NAMA/STAMBUK
: ALJIZAT IRIANTO /A1C2 12 034
A. PENDAHULUAN
Mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak
mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati oleh komunitas,
terutama apabila area tersebut sangat luas. Oleh karena itu kita dapat
melakukan penelitian disebagian area komunitas tersebut dengan syarat begian
tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Suatu metode untuk menentukan luas
minimum suatu daerah disebut metode luas minimal.
Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut (Heddy,1986: 78).
Vegetasi
menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah.
Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan
yang ada, baik secara ruang maupun waktu.
Rawa-rawa, hutan, dan padang rumput dapat
dijadikan contoh dari tipe vegetasi. Suatu tipe vegetasi kadangkala dibagi lagi
menjadi beberapa komunitas yang predominan atau disebut asosiasi yaitu
sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu
lingkungan. Komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh para ahli
ekologi untuk menjelaskan vegetasi. Sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh suatu
komunitas tumbuhan adalah mempunyai komposisi floristic yang tetap, fisiognomi
(struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dan sebagainya) yang relatif seragam,
dan mempunyai penyebaran yang karakteristik dalam lingkungan atau habitat
dengan ciri-ciri tertentu (Sastroutomo, 2009: 77).
Untuk memahami luas, metode manapun yang
dipakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di
sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati. Bentuk
luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat
pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi
hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan
metode kuadrat (Anwar,1995: 89).
Suatu metode untuk menentukan luas minimal
suatu daerah disebut luas minimal. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui
minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas
atau vegetasi tersebut (Odum, 1993: 33).
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat
mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan.
Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total
dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat
terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni
penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk
mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau
kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan
dengan cara pendekatan yakni penyebaran percontohan secara acak, penyebaran
percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik (Rahadjanto, 2001: 90).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
spesies di dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi
iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu
maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan
kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup
secara tetap di suatu daerah. Habitat dengan daerah yang beragam dapat
menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang
lebih seragam. Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
dibandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah
kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah
lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun,
1993: 123).
Luas
minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu
menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas
minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan (Ewusi, 1990: 97).
Bentuk
luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat
pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi
hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan
metode kuadrat (Guritno,
1995: 89).
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka perlu diadakan
praktikum tentang “Penyebaran Vegetasi, Luas Minimum dan Jumlah Sampel” pada
suatu daerah tertentu sehingga dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi.
B.
METODE
PRAKTIKUM
1. Instrumen
Praktikum
a.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsinya
No
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Parang
Meter
Kuadran
Alat
tulis menulis
Kertas
label
Tali
rafia
Patok
Kamera
|
Untuk
membuat patok
Untuk
mengukur luas kuadran
Sebagai
alat menentukan jumlah minimum
Mencatat
hasi pengamatan
Melabel
tanaman yang terdapat dalam plot.
Mengukur
lokasi pengamatan
Sebagai
tiang tali rafia
Untuk
mendokomentasi tanaman
|
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Penyebaran Vegetasi, Luas Minimum, dan
Jumlah Minimum” adalah semua tumbuhan yang ditemukan pada kuadran .
2. Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja pada praktikum “Penyebaran
Vegetasi, Luas Minimum, dan Jumlah Minimum” adalah sebagai berikut :
a. Menentukan Luas minimum
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2) Menentukan lokasi pengamatan.
3) Membuat plot dengan bentuk persegi yang
berukuran 25×25 cm dengan menggunakan tali rafia, meteran dan patok. kemudian
mengamati tumbuhan-tumbuhan apa saja yang terdapat dalam plot tersebut.
4) Membuat kembali plot dengan ukuran
25×50 cm pada lokasi yang sama dan mengambil sampel tumbuhan yang berbeda
dengan tumbuhan yang terdapat pada plot sebelumnya.
5) Membuat kembali plot dengan ukuran
50×50 dan mengambil sampel tumbuhan yang berbeda pula. Namun jika tidak
ditemukan kembali tumbuhan yang berbeda maka pembuatan plot dan pengambilan
sampel dihentikan. Artinya luas minimum telah berada pada lokasi dimana tidak
ditemukan lagi tumbuhan yang berbeda.
6) Mengulangi langkah “a” sampai “f” untuk
metode pengambil sampel yang berbentuk lingkaran.
7) Mencatat hasil pengamatan.
b. Menentukan Jumlah minimum
1) Menyediakan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2) Menentukan lokasi pengamatan.
3) Membuat area pengamatan yang berukuran
1×1 m dengan menggunakan alat kuadran.
4) Mengamati tumbuhan-tumbuhan apa saja
yang terdapat dalam area pengamatan tersebut.
5) Mengulangi langkah “a” sampai “d” untuk
titik area berikutnya, dimana untuk masing-masing area terdapat tiga kali
pengulangan.
6) Mencatat hasil pengamatan.
C. DATA PENGAMATAN
1.
Data Pengamatan pada Luas Minimim
No
|
Jenis Tanaman
|
Plot
|
||||
|
|
25x25
|
25x50
|
50x50
|
50x100
|
100 x 100
|
1
|
Cyperus siria
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
2
|
Cyperus compressus
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
3
|
Mimosa Pudica
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
4
|
Cyperus sp
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
5
|
Sida retusa
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
6
|
Eclipta alba
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
7
|
Aristolochia autumnalis
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
8
|
Anhinga melanogaster
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
9
|
Caliatriche autumnalis
|
|
|
√
|
√
|
√
|
10
|
Paspalum conjugatum
|
|
|
|
√
|
√
|
11
|
Phillantus nirruri
|
|
|
|
√
|
√
|
12
|
Monochoria hastata solm.
|
|
|
|
|
√
|
2.
Data pengamatan Jumlah Minimum
No titik
|
Plot
|
Jumlah Sp Tanaman
|
Total
|
|
1
|
1
|
Stachytarpheta jamaicensis
|
2
|
|
Oconopus compresus
|
3
|
|||
Cyperus iria
|
1
|
|||
2
|
Phyllantus niruri
|
2
|
||
Sida retusa
|
2
|
|||
3
|
Paspalum paspalum
|
3
|
||
Pluchea indica
|
2
|
|||
2
|
1
|
Chrysopogon aciculata
|
4
|
|
Tagetes erecta
|
3
|
|||
2
|
Ageratum conyzoides
|
3
|
||
3
|
Zamioculcas zamifolia
|
4
|
||
3
|
1
|
Mimosa pudica
|
2
|
|
2
|
Aristolocia Durior
|
4
|
||
3
|
Pogonatum
|
|
D.
PEMBAHASAN
Vegetasi menggambarkan
perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe
vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada, baik secara ruang maupun waktu. Rawa-rawa, hutan,
dan padang rumput dapat dijadikan contoh dari
tipe vegetasi. Suatu tipe vegetasi kadangkala dibagi lagi menjadi beberapa
komunitas yang predominan atau disebut asosiasi yaitu sekumpulan beberapa jenis
tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu lingkungan. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi jumlah species di dalam suatu daerah adalah iklim,
keragaman habitat, dan ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor
penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan
air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah species yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat
dengan daerah yang beragam dapat menampung species yang keragamannya lebih
besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
Pengamatan mengenai luas minimum persegi, diperoleh data setiap penambahan ukuran plot
selalu ditemukan species baru hingga pada ukuran 100x100 tinggal diperoleh
penambahan satu spesies yaitu Monochoria hastata
solm.. Pada kuadran I dengan
ukuran 25x25 ditemukan 5 spesies yaitu, Cyperus siria, Cyperus compressus, Mimosa Pudica, Cyperus sp. dan Sida retusa. Pada plot 2 dengan
ukuran 25x50 ditemukan penambahan 2 spesies yaitu Aristolochia autumnalis, dan Anhinga
melanogaster. Pada plot 3 ditemukan satu spesies baru yaitu Caliatriche
autumnalis, pada plot 4 Paspalum conjugatum dan Phillantus nirruri. Penambahan
selanjutnya yaitu satu spesies pada plot 5 yaitu Monochoria hastata solm. dan pada
pembuatan plot selanjutnya sebanyak dua plot sudah tidak ada penambahan spesies
llagi. Dari pembuatan plot ini, yang mana setiap penambahan ukuran plot
selalu ada penambahan jenis spesies baru, maka hal ini sesuai teori yang
menyatakan bahwa semakin luas petak suatu kawasan maka semakin besar keanekaragaman spesies tumbuhan yang terdapat
pada daerah tersebut.
Praktikum selanjutnya yaitu mengenai jumlah minimum, dengan
melakukan pelemparan kuadran pada tiga titik yang berbeda sebanyak tiga kali
lemparan setiap titik. Di titik pertama, lemparan pertama ditemukan spesies Stachytarpheta
jamaicensis sebanyak 2 spesies, Oconopus compresus 3 spesies, dan
Cyperus iria 1 spesies. Pada lemparan
kedua ditemukan spesies Phyllantus niruri
sebanyak 2 spesies dan Sida retusa 2 spesies, serta pada lemparan ke tiga, spesies yang ditemukan yaitu Paspalum paspalum 3 spesies dan Pluchea
indica 2 spesies. Titik kedua
tempat pengamatan terdapat spesies pada pelemparan kuadran pertama yaitu Chrysopogon aciculat 4 spesies dan
Tagetes erecta 3 spesies. Lemparan
ke dua yaitu Ageratum conyzoides 3 spesies,
dan lemparan ketiga yaitu Zamioculcas
zamifolia ditemukan 4 spesies. Sementara
pada titik ketiga, spesies yang ditemukan pada lemparan pertama yaitu Mimosa pudica 2 spesies, pada lemparan kedua terdapat penambahan
spesies Aristolocia Durior sebanyak 4 spesies, sedangkan pada lemparan
ketiga terdapat penambahan kelompok tumbuhan jenis lumut, yaitu spesies Pogonatum sp. yang hidup berkelompok
pada bebatuan..
E.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dapat kesimpulan beberapa hal yaitu:
1. Semakin
luas penggunaan petak contoh maka semakin besar keanekaragaman spesiesnya.
2. Untuk
mengetahui suatu karakteristik dari suatu vegetasi pada komunitas tertentu kita
dapat melihat jenis tumbuhan vegetasi tertentu dengan menggunakan metode luas
minimum dan jumlah minimum.
3. Area pengamatan dapat dikategorikan
memiliki keanekaragaman yang cukup beragam, karena pada area tersebut masih
ditemukan spesies baru sampai pada plot ukuran 100x100.
4. Pengamatan Jumlah Minimum menunjukan
persebaran jenis-jenis tanaman ditempat pengamatan tidak secara merata (acak).
2.
Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada “Penyebaran
Vegetasi, Luas Minimum dan Jumlah Minimum” ini adalah untuk praktikum
selanjutnya alatnya harus lebih siap dan lebih lengkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar. 1995. Biologi Lingkungan. Ganexa
exact. Bandung
Ewusi. 1990. Pengantar
Ekologi TumbuhanTropis. ITB. Bandung
Guritno.1995. Analisa
Pertumbuhan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta
Harun. 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka.
Jakarta
Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Angkasa.
Bandung.
Odum, Eugene P., 1993. Dasar-dasar Ekologi.
UGM University Press. Yogyakarta
Rahardjanto, A., 2001. Ekologi Tumbuhan.UMM Press.Malang
Sastroutomo. 2009. Ekologi Gulma.
Erlangga. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar